LAPORAN
BUDIDAYA
TANAMAN TEBU
(SACCHARUM
OFFICINARUM)
DISUSUN OLEH : KELOMPOK I
1. ISWANDI
2. FAUZI LESTARI
3. ADI KUSWARA
4. AAN GUNAIDI
5. ERMA WATI
6. FITRI DWI MASITOH
SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG
KAB.MESUJI
TAHUN
PELAJARAN 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.........................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................ii
BAB
1...............................................................................................1
1.1 LATAR
BELAKANG................................................................1
1.2 TUJUAN.....................................................................................1
1.3 LEMBAR
PENGESAHAN........................................................1
1.4 KATA PENGANTAR...............................................................1
BAB
II...............................................................................................2
II.I BUDIDAYA TANAMAN TEBU..............................................2
1.1 SYARAT
TUMBUH..................................................................2
1.2 PEDOMAN
TEKNIS BUDIDAYA...........................................2
BAB III..............................................................................................3
A.PENUTUP......................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................5
PENDAHULUAN
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Tanaman tebu (Saccharum
officinarum) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula.
Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka
mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau penghematan
devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
dan penyediaan lapangan kerja (Farid, 2003). Bagian lain dari tanaman seperti
daunnya dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan
pupuk hijau atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri
untuk bahan bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas
sebagai campuran pembuat kertas.
Daun tebu yang kering (dalam
bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup
tinggi. Di pedesaan dadhok sering dipakai sebagai bahan bakar untuk
memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga
cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang
tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk
proses produksi dan pembangkit listrik (Anonim, 2007).
Pada saat masa panen akan terjadi peningkatan
jumlah dadhok dan dapat dianggap sebagai sampah yang biasanya
dihilangkan dengan cara dibakar. Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman
tebu tidak diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan
dapat membahayakan penduduk setempat. Meskipun CO2
yang dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil
dibandingkan dengan CO2 yang ditangkap
oleh tanaman untuk digunakan pada proses fotosintesis (Anonim,2008). Volume dadhok
dapat juga meningkat pada masa perempalan atau pelepasan daun,
TUJUAN
Tebu (Sacharum officinarum) adalah
termasuk keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan berkembang biak di daerah
beriklim udara sedang sampai panas. Tebu cocok pada yang mempunyai ketinggian
tanah 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut.
Tebu yang tumbuh di lebih dari 200 negara, India adalah terbesar kedua produsen gula sdangkan pengasil terbesarnay adalah Brasil. Di negera Negara Karibia tebu dioleh menjadi Falernum dan dipergunakan sebagai bahan campuran cocktail.
Selain sebagai bahan baku gula, tebu juga banyak berkhasiat sebagai obat, khasiat dari Tebu adalah sebagai berikut :
Tebu yang tumbuh di lebih dari 200 negara, India adalah terbesar kedua produsen gula sdangkan pengasil terbesarnay adalah Brasil. Di negera Negara Karibia tebu dioleh menjadi Falernum dan dipergunakan sebagai bahan campuran cocktail.
Selain sebagai bahan baku gula, tebu juga banyak berkhasiat sebagai obat, khasiat dari Tebu adalah sebagai berikut :
- Ada beberapa manfaat tebu diantaranya gigunakan untuk dikomsumsi langsung dengan cara dibuat jus, dibuat menjadi tetes rum dan dibuat menjadi ethanol yang nantinya digunakan sebagai bahan bakar. Limbah hasil produksi dari tebu bisa dimanfaatkan menjadi listrik.
- Ekstrak sari tebu yang ditambah jeruk nipis dan garam biasa di komsumsi di India itu dimaksudkan untuk memberika kekuatan gigi dan gusi
- Air tebu dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh sakit tenggorokan dan mencegak sakit Flu serta bisa menjaga badan kita sehat. Air tebu ini bisa dimanfaatkan oleh penderita diabetes dimanfaatkan sebagai pemanis karena kadar gula yang rendah. Karena tebu bersifat alkali sehingga dapat membantu melawan kanker payudara dan prostat.
- Mengkomsumsi air tebu secara teraktur dapat menjaga metabolisme tubuh kita dari kekurangan cairan karena banyak kegiatan yang sudah dilakukan sehingga dapat terhindar dari stroke. Dengan banyaknya kandungan karbonhidrat sehingga dapat menambah kekuatan jantung, mata, ginjal dan otak. Membantu dalam pengobatan penyakit kuning karena memberikan kekuatan untuk hati yang menjadi lemah selama penyakit kuning. Membantu dalam menjaga aliran air kencing yang jelas dan juga membantu ginjal untuk menjalankan fungsi mereka dengan baik.
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
ini telah diperiksa dan dipersetujui oleh Guru pembimbing
Simpang
Pematang, ,,,,Maret 2012
Guru
pembimbing
Sigit
mansyur.S.T
Nip
.
KATA
PENGANTAR
Puji sykur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena rahmat-nya
kami bisa membuat laporan budidaya tanaman tebu berdasarkan kurikulum yang
berlaku.
BAB II
BUDIDAYA TANAMAN TEBU
( Saccharum officinarum )
|
|
|
|
SYARAT PERTUMBUHAN
1.1. Iklim
a) Hujan yang merata diperlukan
setelah tanaman berumur 8 bulan dan kebutuhan ini berkurang sampai menjelang
panen.
b) Tanaman tumbuh baik pada daerah
beriklim panas dan lembab. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini
> 70%
c) Suhu udara berkisar antara 28-34
derajat C.
1.2. Media
Tanam
a) Tanah yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air
tetapi tidak tergenang
b) Jika ditanam di tanah sawah dengan irigasi
pengairan mudah di atur tetapi jika ditanam di ladang/tanah kering yang tadah
hujan penanaman harus dilakukan di musim hujan.
1.3. Ketinggian Tempat Ketinggian
tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah 5-500 m dpl. II.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
2.1.
Pembibitan Bibit yang akan ditanam berupa
1. bibit
pucuk
2.
bibit batang muda
3. bibit
rayungan
4. bibit
siwilan
a) Bibit
pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan.
Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering
yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih
murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak
mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan
bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.
b) Bibit
batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal
dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan
3 stek.
Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman
dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang.
1 hektar
tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.
c) Bibit
rayungan (1 atau 2 tunas) Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk
pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini
dibuat dengan cara:
1. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak
terhambat
2. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit
rayungan dipakai.
3. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini
memerlukan banyak air dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1
hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar
areal tebu.
Kelemahan
bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak
dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal. d) Bibit siwilan Bibit ini
diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Perawatan
bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.
2.2.
Pengolahan Media Tanam Terdapat dua jenis cara mempersiapkan lahan perkebunan
tebu yaitu cara reynoso dan bajak.
2.2.1.
Persiapan Disebut juga dengan cara Cemplongan dan dilakukan di tanah sawah.
Pada cara ini tanah tidak seluruhnya diolah, yang digali hanya lubang tanamnya
2.2.2.
Pembukaan Lahan
a) Pada lahan sawah dibuat petakan berukuran 1.000 m2.
Parit membujur, melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm.
Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan.
b) Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman
35 cm dengan jarak antar lubang tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk
di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah
guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.
2.3. Teknik
Penanaman 2.3.1. Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur
pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di
tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam
aluran dan pada lubang tanam.
Pada cara
pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan
disiram. Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso. Cara kedua bibit diletakan
melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di
atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit yang diperlukan dalam
1 ha adalah 20.000 bibit. 2.3.2. Cara Penanaman Sebelum tanam, tanah disiram
agar bibit bisa melekat ke tanah.
a) Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan
secara memanjang agar jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.
b) Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan
kedalaman 5-10 cm, bibit dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke
samping lalu bibit ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu,
bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat,
sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke
samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam lakukan penyiraman jika
tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh terlambat tetapi juga tidak boleh
terlalu banyak.
3.4. Pemeliharaan
Tanaman
2.4.1.
Penjarangan dan Penyulaman
a) Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari
bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan
sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman
disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama.
b) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit
rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4
helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman
beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang
diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit
ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.
c) Sulaman
untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada
minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan
penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam.
Kedua
penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama dengan point (b) di atas.
d)
Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6.
Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik.
e)
Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan
penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tanaman sehat yang sudah besar
dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun
tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200
Kg/ha. 2.4.2. Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat
pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma.
Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus
sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.
2.4.3. Pembubunan Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar
struktur tanah tidak rusak.
1. Pembumbunan pertama dilakukan pada
waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara
merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.
2. Pembumbun ke dua dilakukan pada
waktu umur 2 bulan.
3. Pembumbuna ke tiga dilakukan pada
waktu umur 3 bulan.
2.4.4.
Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih
dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan
daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama
dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur
6-7 bulan. 2.4.5. Pemupukan Pemupukan dilakukan dua kali yaitu
(1) saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan
dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg
TSP dan 300 kg KCl/ha).
(2) pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10
gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang
pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah.
Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari
daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari.
Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1
liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 hst. 2.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan dengan berbagai cara:
1. Air dari bendungan dialirkan melalui
saluran penanaman. b) Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu
tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran
kebun.
2. Air siraman diambil dari saluran
pengairan dan disiramkan ke tanaman. d) Membendung got-got sehingga air
mengalir ke lubang tanam. Pengairan dilakukan pada saat:
a) Waktu tanam
b) Tanaman berada pada fase
pertumbuhan vegetatif
c) Pematangan.
2.5. Hama
dan Penyakit
2.5.1. Hama
a) Penggerek batang bergaris (Proceras
cacchariphagus), penggerek batang berkilat (Chilitrae auricilia), penggerek
batang abu-abu (Eucosma schismacaena), penggerek batang kuning (Chilotraea
infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens)
Gejala:
daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya; pada serangan
hebat, bentuk daun berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis berwarna
merah di pangkal daun; sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi; kadang-kadang
batang menjadi busuk dan berbau tidak enak.
Pengendalian:
dengan suntikan insektisida Furadan 3G (0,5 kg/ha) pada waktu tanaman berumur
3-5 bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat 400 tanaman terserang dalam 1
hektar.
b) Tikus Pengendalian: dengan gropyokan secara bersama
atau pengemposan belerang pada lubang yang dihuni tikus. 2.5.2. Penyakit a)
Pokkahbung Penyebab: Gibbrela moniliformis. Bagian yang diserang adalah daun,
pada stadium lanjut dapat menyerang batang. Gejala: terdapat noda merah pada
bintik khlorosis di helai daun, lubang-lubang yang tersebar di daun, sehingga
daun dapat robek, daun tidak membuka (cacat bentuk), garis-garis merah tua di
batang, ruas membengkak. Pengendalian: memakai bibit resisten, insektisida
Bulur Bordeaux 1% dan pengembusan tepung kapur tembaga. b) Dongkelan Penyebab:
jamur Marasnius sach-hari Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman sebelah
dalam dan bibit di dederan/persemaian. Gejala: tanaman tua dalam rumpun mati
tiba-tiba, daun tua mengering, kemudian daun muda, warna daun menjadi hijau
kekuningan dan terdapat lapisan jamur seperti kertas di sekeliling batang.
Pengendalian: tanah dijaga agar tetap kering.
c) Noda kuning Penyebab: jamur Cercospora kopkei .
Bagian yang diserang daun dan bagian-bagaian dengan kelembaban tinggi. Gejala:
noda kuning pucat pada daun muda yang berubah menjadi kuning terang. Timbul
noda berwarna merah darah tidak teratur; bagian bawah tertutup lapisan puiih
kotor. Helai daun mati berwarna agak kehitaman. Pengendalian: adalah dengan
memangkas dan membakar daun yang terserang. Kemudian menyemprot dengan tepung
belerang ditambah kalium permanganat.
d) Penyakit nanas Penyebab: adalah jamur
Ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah bibit yang telah dipotong.
Gejala: warna merah bercampur hitam pada tempat potongan, bau seperti buah
nanas. Pengendalian: luka potongan diberi ter atau desinfeksi dengan 0,25%
fenylraksa asetat.
e) Noda cincin Bagian yang diserang daun, lebih banyak
di daerah lembab daripada daerah kering. Penyebab: jamur Heptosphaeria sacchari,
Helmintosporium sachhari, Phyllsticta saghina. Gejala: noda hijau tua di bawah
helai daun, bagian tengah noda menjadi coklat; pada serangan lanjut, warna
coklat menjadi jernih, daun kering. Pengendalian: mencabut tanaman sakit dan
membakarnya.
f) Busuk bibit Bagian yang diserang adalah bibit
dengan gejala tanaman kekuningan dan layu. Penyebab: bakteri. Gejala: bibit
yang baru ditanam busuk dan buku berwarna abu-abu sampai hitam. Pengendalian:
menanam bibit sehat, perbaikan sistim pembuangan air yang baik, serta tanah
dijaga tetap kering. g) Blendok Bagian yang diserang adalah daun tanaman muda
berumur 1,5-2 bulan pada musim kemarau.
Penyebab:
Xanthomonas albilicans. Gejala: terdapat pada khlorosis pada daun; pada
serangan hebat seluruh daun bergaris hijau dan putih; titik tumbah dan tunas
berwarna merah. Pengendalian: Menanam bibit resisten (2878 POY, 3016 POY),
Lakukan desinfeksi para pemotong bibit, merendam bibit dalam air panas 52,5oC
dan lonjoran bibit dijemur 1-2 hari. h) Virus mozaik Penyebab: Virus.
Pengendalian: menjauhkan tanaman inang, bibit yang sakit dicabut dan dibakar.
2.6. Panen
2.6.1. Ciri
dan Umur Panen Umur panen tergantung dari jenis tebu:
a) Varitas genjah masak optimal pada
< 12 bulan
b) Varitas sedang masak optimal pada
12-14 bulan c) Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. Panen dilakukan
pada bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai.
2.6.2. Cara Panen a) Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm. b)
Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang
dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang. c) Mencabut batang tebu
sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar.
Potong akar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal
batang.,
d) Pucuk dibuang.
e) Batang tebu diikat menjadi satu
(30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling Panen
dilakukan satu kali di akhir musim tanam.
2.6.3.
Perkiraan Produksi Hasil Tebu Rakyat Intensifikasi I di tanah sawah adalah 120
ton/ha dengan rendemen gula 10% sedangkan hasil TRI II di tanah sawah adalah
100 ton dengan rendemen 9%. Di tanah tegalan produksi tebu lebih rendah lagi
yaitu pada TRI I tegalan adalah 90 ton/ha dan pada TRI II tegalan sebesar 80
tom/ha.
2.7.
Pascapanen
2.7.1.
Pengumpulan Hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan cara diikat untuk
dibawa ke pengolahan.
2.7.2.
Penyortiran dan Penggolongan Syarat batang tebu siap giling supaya rendeman
baik:
a) Tidak
mengandung pucuk tebu
b) Bersih
dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering)
c) Berumur
maksimum 36 jam setelah tebang.
BAB III
A.PENUTUP
jadi dari
hasil laporan kami, dapat kami simpulkan bahwa tanaman tebu atau tanaman yang
termasuk dari keluarga graminae atau rumput-rumputan dan dapat berkembang baik
didaerah yang beriklim udara sedang sampai panas.
Tanaman tebu
juga dapat ,berkhasiat sebagai obat-obatan dan tanaman tebu juga mempunyai
khasiat buat tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar